Berita Terkait

Gudang Garam Hentikan Pembelian Tembakau, Petani Temanggung Merugi dan Harga Anjlok

Petani Temanggung menunjukkan tumpukan tembakau yang belum terjual akibat Gudang Garam menghentikan pembelian. Harga tembakau anjlok, petani alami kerugian besar.

Petani Temanggung menunjukkan tumpukan tembakau yang belum terjual akibat Gudang Garam menghentikan pembelian. Harga tembakau anjlok, petani alami kerugian besar.

Reporter:

-

Editor:

Syaiful Amri

JAMBISNIS.COM - Petani tembakau di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menghadapi tekanan ekonomi berat setelah PT Gudang Garam Tbk menghentikan pembelian tembakau lokal. Dampaknya, hasil panen menumpuk di rumah-rumah petani tanpa pembeli, memicu penurunan tajam harga dan melemahkan daya tawar petani. Kepala Desa Purbasari, Pujiyono, mengungkapkan bahwa kondisi ini membuat banyak petani terjebak dalam ketidakpastian. “Biasanya, setelah panen dan pengolahan, tembakau langsung dikirim dan dibayar. Sekarang, hasil panen menumpuk di rumah dan belum laku dijual,” ungkapnya, Senin (16/6), dikutip dari CNBC Indonesia.

Meski pabrikan kecil mulai masuk ke pasar, mereka hanya menawar dengan harga jauh di bawah standar. Harga tembakau grade D atau G yang sebelumnya Rp100.000–Rp120.000/kg, kini anjlok menjadi Rp80.000–Rp100.000/kg. Sementara untuk grade bawah, harga turun dari Rp60.000–Rp70.000/kg menjadi Rp50.000–Rp60.000/kg.

Pujiyono menambahkan bahwa kondisi ini dimanfaatkan oleh pabrikan kelas dua dan tiga untuk membeli dengan harga nego yang merugikan petani. “Mereka bilang di petani masih banyak stok, jadi harganya bisa ditekan,” ujarnya.

Keputusan Gudang Garam untuk menghentikan pembelian ini dikonfirmasi oleh Bupati Temanggung, Agus Setyawan, usai pertemuan dengan manajemen pabrikan di Kediri. Penyebab utamanya adalah penurunan penjualan rokok secara nasional, serta kelebihan stok bahan baku tembakau yang bisa mencukupi kebutuhan produksi hingga empat tahun ke depan.

Faktor lain adalah anjloknya harga saham Gudang Garam yang kini hanya sekitar Rp9.600, jauh turun dari posisi stabil sebelumnya di Rp90.000. "Saat ini kondisi pasar memang tidak kondusif bagi pabrikan untuk menyerap tembakau lokal," kata Agus.

Situasi ini memperparah tantangan yang dihadapi petani tembakau yang sebelumnya sudah terdampak oleh cuaca dan biaya produksi tinggi. Para petani kini berharap adanya intervensi pemerintah, baik melalui kebijakan penyerapan hasil panen maupun regulasi yang mewajibkan pabrikan besar tetap membeli produk lokal.

Saiful Amri
5
Get In Touch

Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124

+62

media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com

Follow Us

© Design by Jambisnis.com