Berita Terkait

Impor Produk China ke Indonesia Naik 17% hingga Mei 2025, Industri Lokal Tertekan

Produk tekstil impor asal China membanjiri pasar Indonesia pada 2025, menekan industri dalam negeri. Pelaku usaha mendorong pemberlakuan bea masuk antidumping dan regulasi SNI untuk menahan laju impor.

Produk tekstil impor asal China membanjiri pasar Indonesia pada 2025, menekan industri dalam negeri. Pelaku usaha mendorong pemberlakuan bea masuk antidumping dan regulasi SNI untuk menahan laju impor.

Reporter:

-

Editor:

Syaiful Amri

JAMBISNIS.COM - Perang dagang yang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai berdampak signifikan terhadap arus perdagangan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hingga akhir Mei 2025, lonjakan impor produk asal China membanjiri pasar domestik dan memicu kekhawatiran pelaku industri nasional. Berdasarkan data General Administration of Customs China, ekspor Negeri Tirai Bambu ke kawasan ASEAN mencapai US$ 58,37 miliar pada Mei 2025, tumbuh 15% dibandingkan Mei tahun sebelumnya (US$ 50,83 miliar). Sementara itu, ekspor China ke AS justru anjlok 10% menjadi US$ 177,41 miliar akibat ketegangan tarif.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan lonjakan impor tertinggi. Impor Indonesia dari China pada Mei 2025 tercatat sebesar US$ 7,1 miliar (sekitar Rp 115 triliun, kurs Rp 16.277), naik 13% dari Mei 2024. Secara kumulatif, nilai impor dari China selama Januari–Mei 2025 mencapai US$ 33,45 miliar, tumbuh 17% dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas barang yang diimpor adalah produk nonmigas. Dari Januari hingga April 2025, nilai impor nonmigas dari China mencapai US$ 25,77 miliar, mewakili hampir 40% dari total impor nasional. Komoditas utama meliputi mesin dan peralatan mekanis (HS 84), mesin listrik (HS 85), serta kendaraan dan komponennya (HS 87).

Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wirawasta, menyoroti lonjakan signifikan impor benang filamen seperti DTY, POY, dan SDY yang menekan utilisasi industri dalam negeri hingga tinggal 45%. Ia mengusulkan pemerintah menerapkan bea masuk antidumping (BMAD) sebesar 20% untuk menciptakan persaingan yang lebih adil di sektor tekstil.

Keluhan serupa datang dari Ketua Apsindo, Eko Wibowo Utomo, yang menyebutkan bahwa 60–70% pasar sepeda dikuasai produk impor dari China. Ia mendorong penerapan regulasi berbasis Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk menyaring masuknya produk murah dan mendukung industri lokal.

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, memproyeksikan defisit perdagangan Indonesia dengan China bisa membengkak hingga Rp 185 triliun pada 2025. Hal ini dinilai sebagai dampak limpahan produk China yang terhambat masuk ke AS akibat perang tarif.

Ekonom Core Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengingatkan bahwa derasnya arus produk murah China ke Indonesia menjadi indikator lemahnya perlindungan pasar domestik. Ia menekankan pentingnya kebijakan yang lebih tegas agar pelaku usaha lokal mampu bertahan di tengah persaingan yang kian sengit.

Saiful Amri
5
Get In Touch

Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124

+62

media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com

Follow Us

© Design by Jambisnis.com