Berita Terkait

Surplus Neraca Dagang Indonesia April 2025 Diperkirakan Menyusut, Ekspor Tertekan Libur Lebaran dan Harga Komoditas

Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Surplus neraca dagang Indonesia pada April 2025 diperkirakan turun akibat libur Idul Fitri dan penurunan harga komoditas.

Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Surplus neraca dagang Indonesia pada April 2025 diperkirakan turun akibat libur Idul Fitri dan penurunan harga komoditas.

Reporter:

Syaiful Amri

Editor:

Syaiful Amri

JAMBISNIS.COM - Neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 diprediksi tetap mencatat surplus, namun angkanya mengalami penyusutan dibandingkan bulan sebelumnya. Sejumlah ekonom menyebutkan bahwa perlambatan aktivitas ekspor dan impor selama periode libur panjang  menjadi penyebab utama tren penurunan ini. Kepala Departemen Riset Ekonomi dan Pasar Keuangan Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, memperkirakan bahwa surplus neraca dagang pada April 2025 hanya mencapai US$ 2,7 miliar, menurun dari US$ 4,33 miliar yang tercatat pada Maret 2025.

"Ekspor masih tumbuh secara tahunan, tetapi lebih rendah karena penurunan harga komoditas dan percepatan pengiriman barang sebelum tarif Trump diterapkan," jelas Dian, Jumat (30/5).

Secara tahunan (year on year/yoy), ekspor Indonesia pada April 2025 diperkirakan tumbuh 4,6%, meskipun terkontraksi 11,8% secara bulanan (month to month/mom) akibat harga komoditas yang terus melandai, terutama batu bara, CPO, dan nikel. Namun, harga baja dan CPO masih mencatat pertumbuhan tahunan. Dari sisi impor, Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan sebesar 5,5% yoy, namun menurun 5,8% mom karena normalisasi pasca Ramadan dan aktivitas industri yang melemah (PMI manufaktur berada di level 46,7). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, turut memperkirakan surplus neraca dagang April akan menurun menjadi sekitar US$ 3,10 miliar, masih mencerminkan surplus namun lebih kecil dari bulan sebelumnya.

"Perlambatan ini terjadi karena efek musiman, di mana ekspor dan impor cenderung menurun selama masa libur Idul Fitri," kata Josua.

Ekspor diperkirakan mengalami kontraksi 9,22% mom, meski masih tumbuh 7,60% yoy. Impor juga menyusut 4,83% mom, namun tetap naik 6,57% yoy, dipengaruhi oleh percepatan aktivitas impor menjelang penerapan tarif balasan oleh Amerika Serikat. Harga minyak global yang lebih lemah dan nilai tukar Rupiah yang tertekan turut memperberat tekanan di sisi impor. Di tengah ketidakpastian global, adanya penurunan tarif dagang antara AS dan China mulai 12 Mei 2025 dinilai sebagai katalis positif yang bisa mendukung pemulihan ekspor dalam jangka menengah. Namun demikian, ekspor Indonesia masih menghadapi tantangan dari normalisasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, khususnya di China.(*)

Saiful Amri
19
Get In Touch

Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124

+62

media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com

Follow Us

© Design by Jambisnis.com