Kabid Tata Niaga GAPKI Jambi, Kim Pun, menjelaskan berbagai tantangan yang dihadapi industri sawit, mulai dari regulasi ekspor hingga fluktuasi produksi, dalam pertemuan di Dinas Perkebunan, Kamis (12/6/2025). Foto; Ksandi.
Kurnia Sandi
Syaiful Amri
JAMBISNIS.COM - Industri kelapa sawit di Provinsi Jambi saat ini tengah menghadapi tantangan serius, baik dari sisi regulasi ekspor maupun dinamika produksi di lapangan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Tata Niaga GAPKI Jambi, Kim Pun, di Dinas Perkebunan pada Kamis (12/6/2025). Menurut Kim Pun, hingga kini negosiasi antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat terkait ekspor produk kelapa sawit, khususnya crude palm oil (CPO), masih berlangsung dan belum mencapai hasil yang jelas. Ketidakpastian ini berdampak langsung terhadap penyerapan CPO di pasar global.
"Kalau serapan CPO kita rendah, maka stok menumpuk dan harga bisa ikut tertekan," jelasnya.
Tak hanya dari sisi pasar, tantangan juga datang dari aspek produksi. Siklus produksi sawit dinilai semakin sulit diprediksi akibat perubahan iklim dan kondisi tanaman, sehingga menyulitkan pelaku usaha dalam membuat strategi bisnis jangka menengah dan panjang.
Selain itu, Kim juga menyoroti peran pengepul dan pelaku usaha brondolan yang menyebabkan penurunan rendemen atau persentase minyak sawit yang dihasilkan dari tandan buah segar (TBS). Penurunan rendemen berdampak pada efisiensi pengolahan di pabrik dan turut mempengaruhi kualitas hasil akhir produk sawit.
Dengan berbagai tantangan ini, GAPKI Jambi mendorong sinergi antara pelaku industri, pemerintah, dan petani untuk menjaga keberlanjutan sektor sawit yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah.
Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124
+62
media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com
© Design by Jambisnis.com